Rabu, 15 Februari 2012

tokoh filsafat eropa


 
Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes lahir tanggal 5 april 1588 di Malmesbury / Westport, inggris. Ia lahir dalam suasana malapetaka perang saudara di Inggris abad 17 antara kubu Charles 1 dan kubu parlemen yang akhirnya di menangkan kubu parlemen. Charles 1 akhirnya dihukum gantung, lalu berdirilah republic yang dipimpin oleh Oliver Crom well. Pengalaman bahaya-bahaya perang itu memberinya  kesan  yang  mendalam dalam hidupnya bahwa anarki adalah sebuah bencana kemanusiaan  yang  paling  tragis dan kehidupan bermasyarakat adalah sebuah usaha yang rapuh. Atas dasar pengalaman sejarah macam ini, Hobbes sangat meminati masalah-masalahsocial.
Pada tahun 1603 dia kuliah di Universitas Oxford, dan pada tahun 1607 dia berhasil meraih gelar BA (Baccalaureus Artium) di universitas tersebut. Hobbes juga meminati karya-karya klasik , sebuah minat yang khas di miliki pada masa renaissance. Pada tahun  1629 Dia juga sempat menerjemahkan karya-karya Tuchydides, dan juga puisi Illiad dan Odissey karya penyair romawi,  Homerus. Selain itu, dia juga sangat terpesona dengan metode matematika, khususnya geometri, sehingga dalam filsafatnya dia cenderung menggunakan metode ini. Dia sempat berkontak dengan Galileo dan menjadi sekretaris dari Francis Bacon.
Hobbes di anugerahi umur panjang. Dia mencapai usia 91 tahun. Hamper seluruh hidupnya dihabiskan di dalam tugasnya di pengadilan james 1, dan dia juga sempat dibuang karena pikiran-pikirannya. Hampir sepanjang  hidupnya dia berusaha memecahkan masalah kodrat social manusia yang menurutnya sangat rapuh untuk kehidupan social. Dia menulis buku yang sangat termasyhur dalam filsafat politik, berjudul Leviathan. Dia juga menulis element of law dan sebuah proyek untuk membahas manusia, alam, dan masyarakat. Khususnya Leviathan, Hobbes dianggap sebagai atheis yang jahat. Dia dimusuhi semua golongan agama pada zamannya, baik kaum Calvinis, Anglikan, maupun Katolik. Dikalangan rakyat kebanyakan pikirannya juga dianggap Imoral dan namanya dikaitkan dengan sikap membelot. Meskipun demikian, kehidupan pribadi Hobbes menyangkal semua itu. Dia adalah orang yang sangat berbudi bahasa, toleran, dan mengabdikan seluruh hidupnya demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Kemandirian Filsafat
Hobbes dikenal sebagai salah seorang printis kemandirian filsafat. Dia berpendapat bahwa sejak lama filsafat disusupi banyak gagasan religious. Bahkan pada zaman Renainsans banyak filsuf yang sulit membedakan filsafat dari teologi. Hobbes lalu menegaskan bahwa filsafat tidak berurusan dengan ajaran-ajaran teologis. Yang menjadi objek penelitian filsafat adalah objek-objek lahiriah yang bergerak beserta cirri-cirinya, atau dengan kata lainobjek-objek yang dapat dialami dalam tubuh kita. Kalau ada suatu substansi yang tak berubah-ubah yaitu Allah, dan juga yang tak bias diraba ( malaikat, roh, dan sterusnya ), substansi-substansi macam ini harus disingkirkan dari refleksi filosofis. Atas dasar anggapan ini juga, astrologi bukanlah bidang filsafat. Menurut Hobbes,  filsafat harus berfikir ketat dengan membatasi diri pada masalah-masalah control atas alam. Hobbes lalu mengandaikan bahwa ilmu pengetahuan harus menjadi kekuasaan manusia untuk menaklukkan alam kodrat.
Berdasarkan pengandaian bahwa filsafat harus rigorus, Hobbes hanya mengesahkan empat bidang dalam filsafat. Yang pertama adalah geometri, yaitu refleksi atas benda-benda dalam ruang. Yang kedua adalah fisika, yaitu refleksi atas hubungan timbale-balik benda-benda dan gerak mereka. Yang ketiga adalah etika, yang dewasa ini kita sebut sebagai ‘Psikologi’, yaitu refleksi atas hasrat-hasrat dan perasaan-perasaan manusia dan gerak-gerak mentalnya. Yang terakhir adalah politik, yaitu refleksi atas institusi-institusi social. Hobbes kemudian menganggap keempat bidang ini saling berkaitan dealam filsafat. Kehidupan politik, misalnya, dianggap berhubungan dengan kehidupan mental yang pada gilirannya berkaitan dengan kehidupan fisik manusia. Masyarakat dan manusia, menurutnya, bias dikembalikan pada gerak dan materi dalam fisika.

Perintis Materialisme Modern

Meskipun Hobbes berusaha menghancurkan metafisika tradisional, dia secara ironis masih bermetafisika. Hobbes mengandaikan bahwa kenyataan terakhir adalah kenyataa indrawi, yaitu kenyataan material yang bias dialami, dan dengan pengandaian ini dia menjadi seorang perintis materialism modern. Cara Hobbes bermetafisika lain dari cara para filsuf Abad Pertengahan. Yang terakhir ini mulai dengan konsep Allah sebagai penyebab pertama kenyataan, sedangkan Hobbes memandang bahwa yang menjadi asas pertama kenyataan adalah materi dan gerak. Dengan knsep materi dan gerak ini, Hobbes ingin mengaskan bahwa konsep-konsep spiritual tidak relevan bagi filsafat, sebab tidak terdapat dalam pengalaman kita.
Berdasarkan asumsi ini, Hobbes lalu berpendapat bahwa pengetahuan harus didasarkan pada pengalaman dan observasi. Terhadap dunia alamiah, kita menarik hubungan sebab-akibat tidak secara apriori, melainkan berdasarkan pada pengamatan kita tentang perubahan gerak dalam materi. Jadi, Hobbes menyangkal adanya hubungan kausal sebagai kenyataan asasi. Terhadap dunia batiniah, perasaan-perasaan kita, kita bias melakukan observasi dalam bentuk instropeksi. Berdasarkan instropeksi dan observasi inilah Hobbes menjabarkan pandangan materialistic tentang manusia dan masyarakat.

Teori Pengetahuan sebagai Teori Bahasa

Dalam filsafat Hobbes, empirisme sudah muncul sebagai teori bahasa. Hobbes berpendapat bahwa  kata-kata  memiliki maknanya dengan melukiskan  “pikiran”. Karena dasar dari semua pikiran adalah pengalaman,  kata-kata  pun harus diuji dengan pengalaman.  Atas dasar itu bias dikatakan bahwa  kata-kata  tidak memiliki acuan pada pengalaman, maka kata-kata tidak mengacu pada hakikat universal, melainkan pada kata-kata particular saja. Kata-kata, menurut pandangan Hobbes ini hanya digunakan pada benda-benda sebagai sebutan saja, kata tidak mempunyai kenyataan pada dirinya. Dengan anggapan ini, Hobbes sejalan dengan para pemikir abad pertengahan, dan anggapan ini juga menolak pandangan Descartes bahwa kesadaran  yang kemudian terungkap dalam kata-kata adalah kenyataan yang ada pada dirinya.

Manusia sebagai Mesin Anti Social

   Dalam filsafat Hobbes, konsep “JIWA” kehilangan cirri metafisisnya,  karena jiwa tidak lagi dipahami sebagai sebuah kenyataan yang melampaui pengalaman, melainkan hasil dari pengindraan-pengindraan jasmaniah. Jiwa dapat dikembalikan pada materi dan gerak.
Dalam De Homine, Hobbes melukiskan manusia sebagai sebuah mesin anti social. Perasaan-perasaan dalam diri manusia adalah masukan-masukan dari luar melalui pancaindranya yang menghasilkan reaksi-reaksi mendekati atau menjauhi objek. Kalau mendekati, reaksi itu disebut nafsu, misalnya rasa nikmat, gembira, cinta, dan seterusnya. Kalau menjauhi, reaksi itu disebut pengelakan, misalnya benci, kesedihan, rasa takut, dan seterusnya. Kedua macam reaksi itu bersaing dalam diri manusia, dan kemenangan dan kekalahan salah satu menghasilkan apa yang kita sebut kehendak. Dalam arti ini pula, bagi Hobbes tak ada kebebasan memilih, sebab pilihan ditentukan oleh reaksi-reaksi yang pada dasarnya alamiah. Pandangan ini disebut determinisme psikologis.
Berdasarkan pandangan tentang manusia seperti itu, lalu Hobbes menyimpulkan ajaran-ajaran etisnya. Dia berpendapat bahwa konsep “baik” bias dikenakan pada objek nafsu, sedangkan konsep “buruk” pada objek pengelakan. Manusia, menurutnya, adalah makhluk yang pada dasarnya ingin memuaskan kepentingannya sendiri, yaitu untuk memelihara dan mempertahankan dirinya sendiri dengan mencari kenikmatan dan mengelak dari rasa sakit. Karena itu manusia yang bijaksana adalah manusia yang mampu memaksimalisasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya untuk kesejahteraan individualnya. Pandangan tentang hal inidisebut egoisme, dan jika hanya mementingkan pencarian kenikmatandisebut hedonisme.
Manusia dilukiskan oleh Hobbes sebagai makhluk yang anti social karena pemeliharaan diri itu pada gilirannya akan bertabrakan dengan hasrat pemeliharaan yang dimiliki oleh  orang lain. Dalam persaingan itu, manusia harus saling memperebutkan sumber-sumber yang langka, mempertahankan apa yang sudah dikuasainya, dan bahkan menundukkan orang-orang lain.  Hobbes menganggap kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan pemeliharaan diri. Karna pada dasarnya manusia mau menguasai yang lain, yang terjadi dalam kehidupan social tidak terlepas dari masalah perang melawan semua.

Negara sebagai Leviathan

Berdasarkan konsepnya tentang kodrategoistis dan anti social dari manusia itu Hobbes mengemukakan ajarannya tentang Negara dalam Leviathan. Kalau manusia pada dasarnya egois, maka kehidupan masyarakat hampir sama dengan makhluk yang keji, dan buas seperti halnya binatang. Hobbes berpendapat bahwa pemeliharaan diri menjadi kepentingan asasi setiap individu, saling berlawanan menjadi tidak rasional karena berlawanan dengan asasi itu. Karena itu, Hobbes membayangkan keadaan asal manusia, dimana manusia mengadakan kontrak sosial, semacam perjanjian damai yang menjadi dasar kehidupan sosial. Akan tetapi karena perjanjian seperti ini kebanyakan rapuh, mereka menyerahkan kekuasaan dan hak-hak kodrati mereka semua kepada lembaga yang disebut negara. Hobbes mengatakan perjanjian tanpa pedang adalah omongan saja, dan tidak ada kekuatan yang mengamankan manusia. Karena itu manusia membutuhkan negara yang memonopoli penggunaan kekerasan. Negara ini hanya memiliki hak atas rakyat untuk memaksakan norma-norma dan ketertibannya, dan tidak memiliki kewajiban, maka negara bersifat absolut. Dengan istilah leviathan dilukiskan bahwa negara seperti monster raksasa purbakala yang hidup di lautan.

Pandangan Hobbes tentang agama

Sedangkan tentang agama, Hobbes berpendapat bahwa  agama turut berperan sebagai sarana kontrol sosial yang juga mencakup tipu muslihat dan angan-angan yang menyesatkan dalam rupa rangsangan terhadap rasa takut atau takhayul . agama bersumber dari rasa takut manusia, maka bisa berfungsi memperbesar rasa takut itu untuk menciptakan ketertiban. Dengan fungsi ini, agama harus ortodoks, dan menurut Hobbes mengajarkan sebuah bidaah adalah sebuah kejahatan, sebab akan memunculkan anarki.

Absolutisme negara

Ajaran sosial Hobbes  tantang absolutisme negara dan peran instrumental agama ini mendukung monarkisme. Hobbes mendukung bahwa raja harus memiliki kekuasaan mutlak atas rakyatnya.  Baginya, demokrasi itu lemah, keropos, dan hanya bisa dilakukan di negara-negara kecil. Dalam negara yang besar pemerintahan haruslah absolut agar tidak terjadi kekacauan dan ketidakstabilan politis. Raja haruslah seorang yang kuat dan memaksakan kehendak-kehendaknya secara efektif. Dewasa ini, secara sia-sia orang mengecam teori  absolutisme Hobbes itu. Banyak negara menggembar-gemborkan demokrasi dan menolak absolutisme, tetapai dalam praktik diam-diam atau secara kasar malah mewujudkan teori Hobbes itu di berbagai bidang kehidupan sosial.

sumber
tokoh pemikiran dari aristoteles sampai machiaveeli

peradaban islam di eropa

Islam dalam abad pertengahan

Pengertian abad pertengahan
Abad pertengahan diperkirakan terjadi antara abad V-XV M. Awalnya antara eropa barat dan eropa timur terjadi hubungan dagang dan arus kebudayaan barat dan timur. Perdagangan terjadi dengan aman dan berjalan lancar dikarenakan adanya jaminan dari gereja roma. Sehingga hal ini menjadikan italia sebagai pusat perdagangan dan keagamaan karena italia merupakan pusat intelektual eropa. Namun keadaan seperti ini berubah setelah timbulnay kesultanan turki.
Adanya kesultanan turki membawa akibat-akibat penting bagi kehidupan di eropa.  Kesultanan turki menutup hubungan dagang dan arus dari timur ke barat, sehingga praktis eropa terisolir dari dunia timur. Hal ini oleh sebagian sejarawan  ber asumsi  sebagai pencarian jalan baru ke dunia timur dan merupakan asal dari kolonialisme dan imperialisme.
Dengan ditutupnya jalan masuknya antara dunia timur ke dunia barat memaksa dunia barat untuk menggali kekayaan sendiri dan menggantungkan kehidupan mereka pada hasil produksi mereka sendiri. Pada abad XI eropa mulai menyadari adanya peradaban Islam yang tinggi di timur.
Perkembangan Islam Di Spanyol
     Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dibagi menjadi enam periode yaitu
1. Periode Pertama (711-755 M) Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figure yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M
 
Periode Kedua (755-912 M)

    Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
    Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath.
    Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom).
    Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi
[1].
    Namun ada yang berpendapat pada periode ini dibagi menjadi dua yaitu masa KeAmiran (755-912) dan masa ke Khalifahan (912-1013).
[2]

2. Periode Ketiga (912-1013 M)

    Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
    Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas Cordova.
    Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.

 Timbulnya peradaban Islam
Antara tahun 650-1250 Nabi Muhammad mulai menyebarkan risalah agama Islam.perkembangan agama Islam berlangsung sampai hancurnya Baghdad pada abad XIII M. Masa itu merupakan perluasan wilayah, integrasi, dan keemasan Islam. Perluasan wilayah dimulai oleh Khulafa ar-Rasyidin, kemudian dilanjutkan Banu Umayyah dan puncaknya pada masa Bani Abbasyiah.
Diantara Khulafau ar-Rasyidin yang membangun peradaban Islam paling tinggi adlah Umar ibn al-Khattab. Umar memfokuskan perluasan wilayah ke tiga arah, yakni utara menuju Syiria, barat menuju mesir dan ke arah timur menuju irak. Iskandariah pelabuhan besar  mesir, al-qadisyiah salah satu kota terpenting  di irak, dan al madain ibukota dari persia dapat dikuasai. Wilayah yang dikuasai Islam meliputi jazirah arab syiria palestian irak mesir dan sebagian wilayah persia. Dengan banyaknya wilayah yang dikuasai  oleh Islam, semakin banyak pula budaya yang masuk karena wilayah tersebut memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Terjadinya saling pengaruh-mempengaruhi menjadikan peradaban Islam berkembang dengan cepat.
Masuknya ilmu pengetauan Islam ke eropa
Kebesaran dinasti Islam serta berkembangnya kebudayaan dan peradaban mereka mebuat bangsa eropa merasa iri, apalagi dari pihak gereja menganggap bahwa Islam adalah musuh yang harus mereka perangi. Kefanatikan Kristen yang dipimpin oleh paus segera mengobarkan perang yang kita kenal sebagai perang salib.
Selain dari eropa, bangsa-bangsa yang menyerang wilayah Islam juga dari bangsa mongol. Serangan ini bukan hanya menghancurkan Islam secara fisik saja tetapi tapi juga menhacurkan kebudayaan yang telah tercipta beratus-ratus tahun lamanya. Ummat Islam kehilangan semua yang dimiliki. Namun diluar dugaan, ternyata bangsa yang menhancurkan kekuasaan Islam, justru ilmu pengetahuan Islam mulai berkembang di daerah eropa. Mengalirnya budaya Islam ke eropa secarra tidak lansung memberikan komtribusi bagi terciptanya zaman renaissnce eropa.
Jalan masuknya ilmu pengetahuan Islam
Melalui Andalusia (Spanyol)
Kekuasaan umat Islam di Andalusia mulai menghilang, terlebih setelah berhasil dikuasainya kota-kota penting oleh Kristen. Mereka juga memaksa penganut Islam yang asli penduduk andalus untuk memeluk agama Kristen, dan mereka ini biasa disebut kaum muzarobus. Namun golongan inilah yang nantinya membuat ilmu pengetahuan Islam mengalir ke eropa.
Penyalurannya dimulai ketikan Kristen berhasil menguasai toledo. Di tempat ini terdapat pusat sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam. Para penguasa Kristen sedikit tertarik dengan ilmu pengetahuan Islam, namun mereka tidak mengerti bahasa arab. Akhirnya mereka menggunakan para muzarobus ini untuk menterjemahkan naskah-naskah Islam.
Sebagai langkah berikutnya, para penguasa  Kristen mendirikan sekolah tinggi terjemah. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mempelajari ilmu-ilmu Islam. Dengan didirikannya sekolah tinggi terjemah ini, banyak penerjemah dari Baghdad yang berpindah ke Toledo. Sehingga secara otomatis Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan Islam, terlebih setelah umat Islam terusir dari Andalusia, buku-buku yang tersisa dimanfaatkan oleh mereka. Bangsa barat sangat benci kepada Islam namun sangat mengagumi kebudayaannya.
Melalui Pulau Sisilia
Selain di Andalusia, satu lagi jembatan mengalirnya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yaitu pulau Sisilia. Islam pertama kali berkuasa di pulau tersebut pada masa dinasti Muawiyyah (652 M), lalu diteruskan oleh Bani Aghlob. Penguasaan Bani Aghlob sampai semenanjung Italia. Setelah Italia berhasil direbut kembali oleh Kristen, mereka mendirikan sekolah kedokteran pertama di Eropa yang dipelopori oleh Konstantin African. Konstantin juga mendirikan badan penerjemah yang bertujuan sama dengan golongan Muzarrobus di Andalusia, yakni untuk mempermudah menguasai ilmu pengetahuan Islam.
Jalan masuknya ilmu pengetahuan Islam
Melalui Andalusia (Spanyol)
Kekuasaan umat Islam di Andalusia mulai menghilang, terlebih setelah berhasil dikuasainya kota-kota penting oleh Kristen. Mereka juga memaksa penganut Islam yang asli penduduk andalus untuk memeluk agama Kristen, dan mereka ini biasa disebut kaum muzarobus. Namun golongan inilah yang nantinya membuat ilmu pengetahuan Islam mengalir ke eropa.
Penyalurannya dimulai ketikan Kristen berhasil menguasai toledo. Di tempat ini terdapat pusat sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam. Para penguasa Kristen sedikit tertarik dengan ilmu pengetahuan Islam, namun mereka tidak mengerti bahasa arab. Akhirnya mereka menggunakan para muzarobus ini untuk menterjemahkan naskah-naskah Islam.
Sebagai langkah berikutnya, para penguasa  Kristen mendirikan sekolah tinggi terjemah. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mempelajari ilmu-ilmu Islam. Dengan didirikannya sekolah tinggi terjemah ini, banyak penerjemah dari Baghdad yang berpindah ke Toledo. Sehingga secara otomatis Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan Islam, terlebih setelah umat Islam terusir dari Andalusia, buku-buku yang tersisa dimanfaatkan oleh mereka. Bangsa barat sangat benci kepada Islam namun sangat mengagumi kebudayaannya.
Melalui Pulau Sisilia
Selain di Andalusia, satu lagi jembatan mengalirnya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yaitu pulau Sisilia. Islam pertama kali berkuasa di pulau tersebut pada masa dinasti Muawiyyah (652 M), lalu diteruskan oleh Bani Aghlob. Penguasaan Bani Aghlob sampai semenanjung Italia. Setelah Italia berhasil direbut kembali oleh Kristen, mereka mendirikan sekolah kedokteran pertama di Eropa yang dipelopori oleh Konstantin Jalan masuknya ilmu pengetahuan Islam
Melalui Andalusia (Spanyol)
Kekuasaan umat Islam di Andalusia mulai menghilang, terlebih setelah berhasil dikuasainya kota-kota penting oleh Kristen. Mereka juga memaksa penganut Islam yang asli penduduk andalus untuk memeluk agama Kristen, dan mereka ini biasa disebut kaum muzarobus. Namun golongan inilah yang nantinya membuat ilmu pengetahuan Islam mengalir ke eropa.
Penyalurannya dimulai ketikan Kristen berhasil menguasai toledo. Di tempat ini terdapat pusat sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam. Para penguasa Kristen sedikit tertarik dengan ilmu pengetahuan Islam, namun mereka tidak mengerti bahasa arab. Akhirnya mereka menggunakan para muzarobus ini untuk menterjemahkan naskah-naskah Islam.
Sebagai langkah berikutnya, para penguasa  Kristen mendirikan sekolah tinggi terjemah. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mempelajari ilmu-ilmu Islam. Dengan didirikannya sekolah tinggi terjemah ini, banyak penerjemah dari Baghdad yang berpindah ke Toledo. Sehingga secara otomatis Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan Islam, terlebih setelah umat Islam terusir dari Andalusia, buku-buku yang tersisa dimanfaatkan oleh mereka. Bangsa barat sangat benci kepada Islam namun sangat mengagumi kebudayaannya.
2. Melalui Pulau Sisilia
Selain di Andalusia, satu lagi jembatan mengalirnya ilmu pengetahuan Islam ke Eropa yaitu pulau Sisilia. Islam pertama kali berkuasa di pulau tersebut pada masa dinasti Muawiyyah (652 M), lalu diteruskan oleh Bani Aghlob. Penguasaan Bani Aghlob sampai semenanjung Italia. Setelah Italia berhasil direbut kembali oleh Kristen, mereka mendirikan sekolah kedokteran pertama di Eropa yang dipelopori oleh Konstantin African. Konstantin juga mendirikan badan penerjemah yang bertujuan sama dengan golongan Muzarrobus di Andalusia, yakni untuk mempermudah menguasai ilmu pengetahuan Islam.
African. Konstantin juga mendirikan badan penerjemah yang bertujuan sama dengan golongan Muzarrobus di Andalusia, yakni untuk mempermudah menguasai ilmu pengetahuan Islam.