Senin, 18 Maret 2013

SEJARAH AUSTRALIA



PEMBENTUKAN KOLONI-KOLONI LAIN DI AUSTRALIA


1. TAZMANIA
Tasmania masih disebut Van Diemen’s Land sesuai dengan nama yang diberikan oleh Abel Tasman sampai tahun 1855. Namun selanjutnya nama Van Dieme’s Land sebaiknya di ingat dalam pikiran saja, dan untuk memudahkan dipakai nama Tasmania saja.
Sejarah Tasmania merupakan sejarah dari penal settlement yang sistem pengawasan nya sama dengan system pengawasan di New South Wales, karena pada masah berdirinya Tasmania masih merupakan bagian dari New South Wales. Masyarakat dari Tasmania ini merupakan campuran penduduk bebas (free settlers) dengan narapidana (convicts), ketika pemukiman di pulau Norfolk di tinggalkan, banyak penduduk bebas di pulau itu pindah ke Tasmania, namun dalam waktu yang bersamaan banyak juga narapidan yang masuk.
Letnan gubernur pertama yang berkuasa atas seluruh Tasmania adalah Kolonel Davey (1813-1817), ia adalah seorang perwira angkatan laut. Pada masa Gubernur Davey ia berhasil menjadikan Tasmania berswamsembada, bahkan banyak hasil-hasil pertanian Tasmania di kirim ke Sidney. Tapi dibalik kesuksesan davey ia sering bersifat kasar dan kurang disiplin sehingga pemerintahannya merosot, akibatnya banyak dari narapidana melarikan diri karena lemahnya pengawasan. Marcquarie sangat tidak menyukai sifat Davey seperti itu, sehingga ia meminta supaya Davey diganti.
Davey kemudian digantikan oleh Kolonel William Sorell yang merupakan seorang perwira dari Resimen-48. Selama pemerintahannya dari tahun 1817-1824 ia berusaha memajukan Tasmania, dengan membangun jalan yang menghubungkan Hobart dan Launceston. Pada masa Sorell Tasmania sudah berhasil mengekspor gandum. William Sorell merupakan Letnan gubernur terakhir yang memerintah Tasmania sebagai bagian dari New South Wales, pada tahun 1824 Sorrel digantikan oleh Kolonel George Arthur.  Pada tahun 1825 parlemen Inggris mengeluarkan undang-undang yang memisahkan Tasmania dari New South Wales. Dengan demikian Arthur menjadi gubernur pertama Tasmania, di Tasmania pun dibentuk legislative council yang anggotanya berjumlah 7 orang.
Sepanjang sejarahnya Tasmania merupakan tempat terjadinya kekerasan dan kekejaman yang sukar dicari bandingannya, di Tasmania berlaku Assignment System yang lebih buruk dari apa pernah terjadi di Amerika Serikat. Sejauh itu Tasmania dipandang sebagai tempat penampungan narapidana paling buruk tingkah lakunya, dibukanya penjara Macquarie Harbour kiranya dapat dijadikan bukti. Selain masalah narapidana yang di Tasmania juga sering terjadi konflik antara penduduk asli dan pendatang (orang kulit putih), penduduk asli mencurigai orang kulit putih akan membahayakan hidupnya, di lain pihak orang kulit putih tentu menganggap bahwa penduduk asli akan berusaha mempertahankan hak nya atas tanah Tasmania yang akan mereka olah dan miliki. Akibat dari perselisihan itu akhir nya sering terjadi permusuhan  yang kemudian mengakibatkan penduduk asli kalah. Selama 13 tahun masa pemerintahan Arthur ia berjuang keras meningkatkan kesejahteraan koloni itu, pada akhir masa pemerintahannya (1837) penghasilan Tasmania telah naik menjadi enam kali lipat dari penghasilan awal masa pemerintahannya, kemudian ia di gantikan oleh Sir John Franklin yang merupakan seorang sarjana. Pada tahun 1855 Tasmania mulai melaksanakan pemerintahan sendiri dan secara resmi mengubah namanya dari Van diemen’s Land menjadi Tasmania yang kemudian terkenal sebagai The apple Isle.

2. QUEENSLAND

Queensland semula merupakan bagian dari New South Wales, Pemukiman di Queensland di mulai sejak 1824, tapi kemudian membentuk koloni yang berdiri sendiri pada tahun 1859.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan ekspolarasi pedalaman telah membuka jalan bagi usaha perluasan pemukiman. Pada tahun 1823 John Oxley ditugaskan oleh gubernur New South Wales melakukan penyelidikan ke arah utara. Oxley kemudian menemukan daerah yang baik untuk dihuni di Moreton Bay. Ide untuk membuka koloni ini dimaksudkan untuk menempatkan narapidana terpisah dari penduduk bebas (free settlers), akan tetapi rencana ini tidak berhasil ketika perasaan anti convict system tumbuh di Australia, sementara itu suatu tempat pemukiman baru yang baik telah dibuka oleh para peternakan biri-biri,sehingga para peternak biri-biri berusaha mendapatkan ijin dan pinjaman tanah dari pemerintah New South Wales agar dapat berusaha di daerah itu.
Distrik Moreton Bay berkembang sangat lambat, sampai tahun 1846 hanya berpenduduk kurang dari 1.600 orang. Dalam perkembangan selanjutnya para peternak, petani dan penduduk di distrik utara ini mulai memikirkan pemerintahan sendiri lepas dari New South Wales. Dalam rangka pemisahan dari New South Wales timbul masalah yang menyangkut letak garis batas, yang akhirnya pemerintahan Inggris menetapkan garis batas itu mengikuti garis Lintang Selatan 29 derajat dan di bagian timur garis batas itu mengikuti aliran sungai.
Berdasarkan Australian Colonies Government Act (1850), Distrik Moreton Bay kemudian menyebut dirinya Queensland ini sejak tahun 1859 berhak mengatur pemerintahan sendiri yang sesuai dengan aspirasi dan kepentingannya.
Gubernur pertama untuk koloni itu adalah Sir George Bowen tiba di Brisbane pada tahun 1859, penduduk asli Queensland memiliki sifat agresif sehingga menyebabkan permusuhan antara penduduk asli dengan masyarakat berkulit putih sama hal nya dengan yang terjadi di Tasmania, sejak pemisahannya sebagai satu koloni yang berdiri sendiri Queensland mengalami kemajuan yang mantap, kemajuannya itu didukung oleh kondisi dan kekayaan alamnya.
Hal lain yang berkaitan dengan perkembangan Queensland adalah Irian, pulau yang terbesar di dunia yang terletak hanya 100 mil di sebelah utara Queensland. Menurut sejarah pulau ini ditemukan oleh bangsa Portugis pada tahun 1526 dan menyebutnya Papua yang berarti keriting, Belanda menyebutnya New Guinea dan pada tahun 1848 menyatakan bahwa bagian barat pulau itu menjadi miliknya.
Pemerintah Queensland mendesak pemerintah Inggris agar menduduki Irian Timur, supaya tidak didahului oleh orang Jerman yang memang telah berniat mendudukinya, tetapi Pemerintah Inggris menolak. Pada tahun 1883 kepala pemerintahan Queensland Sir Thomas Macllwraith memutuskan untuk bertindak bila Inggris tetap tidak bersedia. Macllwraith mengutus seorang hakim untuk menancapkan Bendera Inggris sambil menyatakan bahwa Irian Timur menjadi milik Inggris (1883).

3. AUSTRALIA BARAT

Selama abad ke-17 dan 18 pantai barat Autralia mendapat banyak kunjungan pelaut-pelaut Belanda dalam pelayaran mereka dari dan ke Indonesia, pelaut Inggris yang pertama kali mengunjungi daerah ini adalahWilliam Dampier. Pada tahun 1827 Kapten James Stirling menyelidiki daerah Swan River yang mana tanahnya subur, ia mengatakan daerah itulah yang paling menarik dari seluruh daerah yang pernah dilihatnya.
Setelah menerima laporan dari Stirling, gubernur Darling berkeinginan agar di daerah Swan River segera dibuka koloni. Untuk mewujudkan keinginannya itu Darling menyuruh James Stirling ke Inggris agar dapat menyampaikan secara langsung kepada pemerintah Inggris. Namun usaha untuk membujuk pemerintah Inggris gagal karena factor biaya, kemudian Stirling mendekati orang-orang pemilik modal dan usahanya kali ini berhasil, Koloni ini tidak membawa narapidana tetapi cuma membawa pekerja bebas.
Rombongan pertama yang tiba di pada tahun 1829 Cuma 300 orang, dan Kapten Stirling di angkat menjadi Letnan Gubernur koloni baru ini, dalam 6 bulan pertama saja sudah ada 1.300 penduduk di pemukiman baru ini, disini rupanya mereka menghadapi masalah, terutama masalah tanah. Ternyata tidak tersedia cukup tanah seperti apa yang diharapkan. Masalah lain adalah kekurangan tenaga pekerja.
Kondisi diatas menyebabkan banyak pihak yang mengatakan bahwa misi Peel lebih dekat untuk dikatakan gagal dari pada berhasil, pada akhirnya Autralia Barat mengambil langkah yang berani, pada tahun 1848 gubernur yang baru saja diangkat Sir Charles Fitzgereld, membuat rencana baru untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dengan menerima narapidana, Australia menerima transportasi narapidana sampai tahun 1868.
Kondisi daerah pedalaman Australia Barat yang sebagian besar terdiri dari gurun pasir, menyebabkan koloni ini pada mulanya terasing dari koloni-koloni yang lain di bagian timur benua Australia, namun semua itu secara berangsur dikurangi dengan dibangunnya sarana komunikasi, Kemajuan Australia Barat kemudian ditentukan juga dengan ditemukannya kandunagn emas yang kaya di Coolgardie (1892) dan di Kalgoorlie (1893).

4. AUSTRALIA SELATAN

Sekitar tahun 1830 Wakefield yang merupakan mantan narapidana mempunyai rencana untuk mebuka koloni baru, ia pun berhubungan dengan beberapa orang yang berpengaruh dalam rencananya, orang-orang pun bersedia mengikuti rencana ini karena keadaan yang buruk pada saat itu di Inggris. Selanjutnya suatu perhimpunan Australia Selatan dibentuk dan kemudian melakukan pendekatan terhadap pemerintah, lalu pada tahun 1834 parlemen mengelurkan satu undang-undang yang memotong 300.000 mil persegi wilayah New south Wales untuk mendirikan koloni Australia Selatan.
Gubernur pertama untuk koloni ini adalah Kapten Hindmarsh. Selain gubernur ada juga dewan komisaris yang bertugas untuk mencari uang untuk segala keperluan koloni itu, adanya dualisme kepemimpinan menimbulkan banyak persoalan yang akhirnya pemerintah Inggris memanggil pulang kedua penjabat tersebut yagng kemudian diganti oleh colonel Gawler dan menghapuskan dualisme kekuasaan di koloni itu. Ketika Gawler tiba, keadaan koloni itu sangat buruk menyimpang dari teori Wakelfield.
Tanpa ada perkebunan yang berjalan para imigran pekerja tidak akan mendapatkan pekerjaan, sehingga makanan didtangkan dengan jalan membeli dari New South Wales dan Tasmania, dalam keadaan kesusahan seperti itu Gawler tetap berusaha, ia mengatur para pekerja untuk melakukan pekerjaan umum seperti membangun jalan-jalan, jembatan dan dermaga. Karena Gawler tidak mempunyai uang untuk membayar para pekerja kemudian ia mengeluarkan janji tertulis, bahwa dewan komisaris di Inggris akan membayarnya kemudian, janji tertulis ini befungsi sebagai uang kertas.
Sementara kemelut keuangan ini belum terselesaikan secara tuntas, Gawler digantikan oleh gubernur baru, yaitu George Grey dala bulan Mei 1841. Ketika Grey tiba, ia menerima koloni itu dalam keadaan bangkrut, Grey berusaha memperbaiki koloni itu bahkan kalau perlu melakukan tindakan yang tergolong berani seperti mengurangi gaji pegawai dlam rangkah penghematan, dalam usahanya memajukan koloni itu, Grey tertolong dengan ditemukannya tambang tembaga di Kapunda, 80 kilo meter di sebelah utara Adelaide dalam tahun 1842. Sejak saat itu Australia Selatan mampu membiayai seluruh kegiatannya dan dengan demikian janji Grey menjadikan kolini itu berswasembada telah terpenuhi.



5. VICTORIA

Pada tahun 1803 Letnan Kolonel David Collins ditugaskan meminpin sekelompok narapidana dan militer untuk membentuk pemukiman baru di Sorento, di teluk Port Philip. Namun beberapa bulan kemudian Collin meninggalkan pemukiman baru itu dengan alasan daerah itu tidak memenuhi syarat sebagai tempat pemukiman, ketika Mayor Mitchell dalam perjalanan eksplorasinyame memasuki Teluk Portland dalam tahun 1836, ia terkejut karna disana sudah ada orang kulit putih yang tinggal menetap, mereka adalah Henty bersaudara yang merupakan anak Thomas Henty. Selain Henty bersaudara berusaha menetap di Teluk Portland, dua orang dari Launceston, J.T. Gillbrand dan John Batman telah mengajukan permohonan kepada gubernur Darling untuk diberi grant tanah di Wasternport. Mendengar cerita Henty bersaudara mendorong Batman untuk menyelediki daerah Port Phillip, namun usahanya itu belum mendapat ijin dari gubernur New South Wales sehingga ia membuka pemukiman di daerah Sungai Yarra dekat lokasi kota Melbourne. Selain kelompaok Batman, ada ada kelompok lain dari Launceston yang juga berminat membuka pemukiman baru di Port Phillip. Kelompok ini dipimpin oleh John Pascoe Fawkner.
Pada awal tahun 1835, gubernur bersama legislative council New South Wales mengeluarkan suatu undang-undang yang menyatakan bahwa pendudukan atas tanah pemerintah dengan cara bertempat tinggal dan membangun rumah di atasnya tanpa ijin resmi, diangap pelangaran hukum. Dalam bulan Mei 1836 Bourke mengirimkan George Stuart, seorang hakim polisi dan Kapten William Lonsdale pada bulan Agustus ke distrik Port Phillip untuk menyelidiki kehidupan masyarakatnya. Lonsdale melihat bahwa perlu segera diterapkan kekuasaan pemerintahan didaerah tersebut, untuk sementara, ia merasa mewakili pemerintah untuk melindungi penduduk asli. Lonsdale terusmeminpin Distrik Port Phillip sampai tahun 1839, ketika C.J. Latrobe ditunjuk menjadi pengawas mewakili gubernur New South Wales.
Sejak Distrik Port Phillip dari tahun 1839 hingga tahun 1851 memperlihatkan kemakmuran dan perluasan daerah yang mantap, kemajuan besar nampak pada industry peternakan biri-biri. Penduduk Distrik Port Phillip menghendaki agar uang hasil penjualan tanah itu digunakan untuk kepentingan daerah Port Phillip itu sendiri.
Pada tahun 1840 penduduk Port Phillip meminta kepada pemerintah Inggris agar distrik Port Phillip dipisahkan dari New South Wales, pemerintah Inggris menjawab tuntutan itu dengan mengubah jumlah legislative council. Bagi rakyat Port Phillip perubahan jumlah anggota legislative council rupanya tidak memberikan kepuasan. Akhirnya dengan Australian Colonies Government Act tahun 1850, distrik Port Phillip dipisahkan dari New South Wales, kemudian namanya diubah menjadi Victoria. Secara resmi Victoria menjalani koloni yang berdiri sendiri pada tanggal 1 Juli 1851.
Victoria mengalami perkembangan yang lebih pesat lagi sejak ditemukannya emas di Bendigo dan Ballarat. Emas mengantarkan Victoria ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dan meletakan basis untuk pengembangan industry di kemudian hari. Pengalaman Victoria di bawah New South Wales menyebabkan untuk beberapa saat lamanya rakyat Victoria tidak menyenangi  New sout Wales begitu juga sebaliknya, sehingga menimbulkan perang ekonomi. Keaadaan seperti ini berlangsung selama 50 tahun.

SUMBER
J. Siboro, 1996,Sejarah Australia, TARSITO, Bandung





Sabtu, 24 November 2012

Wajah Pendidikan di Indonesia


Pengaruh politik dalam dunia pendidikan sangat menonjol, khususnya yang terjadi di kampus sastra Universitas Jember. Hal ini didapat setelah adanya pengakuan dari salah seorang mahasiswi. Sebut saja namanya Erna, mahasiswi dari jurusan sastra Indonesia. Menurutnya fakutas sastra  sudah di intervensi oleh kelompok atau golongan dari organisasi luar kampus sendiri. Hamper semua jurusan sudah dikuasai golongan-golongan yang sebenarnya tidak berkepentingan di dunia pendidikan sendiri. Lebih buruknya lagi, antara golongan satu dengan golongan lainnya saling berebut pengaruh. Sehingga berdampak bagi mereka yang tidak ikut dalam organisasi tersebut.
Dampak yang paling  kelihatan ialah tentang masalah nilai. Menurut erna lagi, bagi mereka yang masuk dalam organisasi tersebut mendapat kemudahan dalam memperoleh nilai B bahkan nilai A. Padahal menurut Erna kepandaian mereka bisa dikatakan standart. Terbukti dari presentasi dalam satu mata kuliah mereka kelabakan jika ada yang bertanya.
Menurutnya pendidikan seharusnya tiddak di masuki oleh hal-hal seperti ini. “boleh-boleh saja asal mereka bisa professional dalam pekerjaannya, tidak mencampur adukkan mana urusan organisasi dan mana urusan pelajaran”, tutur Erna.
Dalam hal ini, Erna memilih untuk tetap tidak masuk dalam organisasi mereka. Dia memilih untuk mengikuti hati nuraninya saja. “buat apa mas ikut organisasi itu jika hanya untuk mendapatkan nilai, mending jadi diri sendiri daripada jadi pecundang”, ungkap Erna dengan nada tinggi menunjukkan emosinya.
Sudah banyak korban dengan masuknya pengaruh organisai luar ini. Para mahasiswa sudah terbagi dengan kubu-kubu yang ikut dan masuk dalam organisasi ini. Yang lebih membuat Erna tidak menyukai dengan adanya hal ini, ialah para mahasiswa yang masuk dalam organisasi tersebut seperti membuat jarak dengan lainnya. Mereka menganggap bahwa mereka lebih punya hak untuk berbuat semau mereka. Hal ini wajar saja terjadi, mengingat para petinggi jurusan sudah dikuasai oleh organisasi luar tersebut. Tapi yang sangat disayangkan kenapa mereka tidak bisa bersikap professional. Kenapa mereka harus membeda-bedakan anatara yang ikut dengan yang tidak.
Ha ini menyababkan kesewenang-wenangan bagi mereka yang ikut dalam organisasi tersebut. Bagaimana tidak, mereka bisa tidak mengikuti pelajaran tanpa takut absen mereka akan kosong. Juga mereka tidak takut nilai mereka akan turun karena sudah ada yang menjamin nilai mereka.
Kadang banyak pertanyaan tentang perihal ini. Dimana sebenarnya wajah pendidikan Indonesia, jika semua tidak di tentukan oleh prestasi namun lebih melihat dari hubungan emosional. Terlebih lagi merebaknya isu dimana anggaran untuk pendidikan di korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Jika ini tetap belangsung, bukan tidak mungkin bangsa ini akan mengalami kehancuran. Amanat UUD 1945 dan pancasila sudah tidak dijalankan. Cita-cita bangsa untuk pendidikan yang merata dan berlaku untuk segenap masyarakat sulit terwujudkan.

Sabtu, 03 November 2012

Sejarah Lisan







Pembangunan Infrastruktur dan Dampak Sosial-Ekonomi Bagi Masyarakat Kecamatan Panti Tahun 2006-2009


Diajukan Guna Melengkapi Tugas Sejarah Lisan



OLEH:
AKHMAD SIDIK
(100110301023)




PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2012
outline
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuuan dan Manfaat
1.3 Rumusan Masalah

BAB II DESKRIPSI PERISTIWA
2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Panti sebelum Banjir Bandang
2.2 Keadaan Sosial Ekonomi Bagi Masyarakat Panti Pasca Banjir Bandang
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN






B. LATAR BELAKANG
Banjir bandang yang terjadi di desa Panti Kecamatan Panti pada  1 januari 2006 telah mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi penduduk setempat. Banjir yang meluluh lantakkan sebagian besar fasilitas pertanian seperti bendungan, dan  memutus akses jalan.
Banjir bandang Panti telah memakan korban sekitar 85 orang meninggal, 459 rumah rusak digenangi lumpur sampai 1 meter, sekitar 1.000 hektar sawah rusak terendam lumpur, 4 jembatan putus dan menimbulkan kerugian material begitu besar. Kejadian ini menjadi pukulan keras bagi masyarakat Jember. Duka mendalam dan trauma begitu berat dirasakan oleh masyarakat yang terkena dampak bencana.
Menanggapi kejadian ini, Pemkab Jember segera  bertindak untuk menanggulangi bencana banjir ini. Pemkab Jember mengalokasikan anggaran untuk perbaikan infrastuktur dengan bantuan  bencana alam dari APBD Propinsi sebesar Rp 16 M. Dari anggaran Rp 11 M, dibagi menjadi 21 paket pekerjaan pengaspalan jalan dan perbaikan system pengairan, sedangkan Rp 5 Milyar untuk merelokasi pemukiman penduduk.
Dengan pembangunan yang terbilang cepat ini telah membawa dampak yang besar bagi masyarakat terdampak. Dampak tersebut timbul akibat pembangunan infrastruktur yang lebih baik pasca banjir bandang tersebut. Seperti pembangunan bendungan yang baik sehingga system pengairan juga lancer. Selain itu perbaikan jalan dengan cara pengaspalan dirasa masyarakat lebih baikkarna sebelum banjir jalan tidak ada yang diaspal.


C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan diangkat dalam proposal yang berjudul ” Pembangunan Infrastruktur dan Dampak Sosial-Ekonomi Bagi Masyarakat Kecamatan Panti Tahun 2006-2009” ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan pembangunan infrastruktur tahun 2006-2009 di Kecamatan Panti ?
2. Bagaimana dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat dengan  adanya perbaikan infrastruktur di Kecamatan Panti tahun 2006-2009 ?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan proposal penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan pemanfaatan perbaikan infrastruktur di Kecamatan Panti tahun 2006-2009
2. Mengetahui dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat dengan adanya perbaikan infrastruktur di Kecamatan Panti tahun 2006-2009.
E. MANFAAT
Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan mampu memberi manfaat, yakni: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak baik secara praktik maupun teoritik. Adapun manfaat tersebut adalah:

1. Manfaat Praktik
a. Bagi masyarakat baik yang terkena banjir ataupun tidak diharapkan bisa lebih menjaga dan melestarikan hutan agar kejadian tidak terulang dimasa yang akan datang.
b. Bagi pemerintah dengan adanya penelitian ini diharapkan untuk memperhatikan agar pembangunan bisa lebih di perbanyak lagi di segala bidang agar kehidupan social dan ekonomi bisa lebih baik lagi.
2. Manfaat Teoritik
a. Sebagai bahan pembandingan apabila terdapat penelitian yang sama.
b. Memberi sumbangsih ilmu pengetahuan tentang manfaat pembangunan infrastruktur bagi kehidupan social dan ekonomi.
F. KAJIAN PUSTAKA
Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai permasalahan di atas, penulis menggunakan beberapa literatur pendukung. Bahan pustaka yang penulis gunakan pertama adalah Buku Karangan Gatot Sudartpo dengan judul “Ekowisata Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat 2005-2008”. Buku ini digunakan sebagai bahan resensi karena batasan temporal yang digunakan mendekati dengan judul penelitian yakni tahun 2006-2009. Isi buku yang menceritakan tentang pengembangan ekonomi berkelanjutan sangat membantu peneliti mencari informasi yang dibutuhkan. Dalam buku ini dibahas pula dampak secara menyeluruh dengan adanya pembanguan infrastruktur dan pemberdayaan terhadap masyarakat.

G. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam proposal ini adalah metode sejarah. Metode sejarah terdiri dari empat tahap yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
1. Heuriristik
Heuristik adalah tahap pengumpulan data berupa sumber-sumber tertulis dan lisan dari peristiwa masa lampau baik berupa sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain atau dengan alat mekanisme yaitu orang yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya. Sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapa pun yang bukan merupakan saksi primer yaitu seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan.
Sumber primer yang digunakan dalam skripsi meliputi sumber tertulis, dan sumber tidak tertulis. Sumber tertulis diperoleh melalui penelusuran terhadap dokumen yang berisi data dan informasi tentang perkembangan kereta api dan dampak sosial-ekonomi di Semarang.
Kajian ini tidak hanya menggunakan sumber tertulis, tetapi juga menggunakan sejarah lisan. Sejarah lisan berfungsi melengkapi sumber tertulis yang kurang lengkap. Sejarah lisan digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan pemanfaatan kereta api dan dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi penduduk sekitar melalui wawancara. Wawancara tersebut dilakukan dengan pihak–pihak yang dianggap mengetahui dan menguasai hal–hal yang berkaitan dengan peristiwa yang penulis.
Sumber sekunder merupakan sumber tambahan untuk melengkapi data yang didapat dari sumber primer. Selain itu juga digunakan berbagai literatur yang merupakan buku atau hasil penelitian dari para penulis sebelumnya. Sumber berupa literatur diperoleh dari Perpustakaan Jurusan Sejarah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Penelusuran sumber sekunder melalui internet juga penulis gunakan untuk melengkapi data.
2. Kritik
Kritik merupakan tahapan kedua setelah sumber-sumber yang diinginkan sebagai bahan penulisan telah ditemukan. Kritik terdiri dari kritik ekstern dan intern. Kririk ekstern dilakukan dengan mengadakan penelitian fisik yang bisa dilihat dari bahan sumber, tulisan, dan bahasa yang sesuai dengan zaman pembuatannya. Kritik ini bertujuan untuk menguji keaslian, keutuhan, dan kebenaran sumber atau bisaa disebut dengan pembuktian otentisitas sumber.
Kritik intern bertujuan membuktikan bahwa informasi dan kesaksian yang diberikan oleh sebuah sumber merupakan informasi yang memang dapat dipercaya kebenarannya. Kritik intern dilakukan terhadap hasil wawancara dan data tertulis. Kritik terhadap hasil wawancara dilakukan dengan cara mencocokkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh para informan dengan data lain, baik yang berbentuk tulisan maupun lisan. Sementara itu kritik intern terhadap data tertulis dilakukan dengan cara koroborasi (membanding-bandingkan) dengan sumber-sumber lain yang lebih independen dan membuat pertanyaan kritis seperti apakah pembuat sumber sejarah adalah orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu dan apakah ia layak membuat sumber tersebut. Dengan cara demikian kesalahan informasi dalam sebuah sumber sejarah dapat diketahui.
3. Interpretasi
Interpretasi yaitu penafsiran atas data yang diteliti. Pada tahap ini imajinasi sangat diperlukan untuk menafsirkan makna dari fakta dalam bentuk kata-kata atau kalimat agar mudah untuk dipahami. Selanjutnya fakta-fakta tersebut disintesis atau dicari kesalinghubungannya,
4. Historiografi
Historiografi merupakan langkah terakhir dalam metode penulisan sejarah. Historiografi bertujuan untuk memaparkan fakta dalam bentuk tulisan yang sudah disintesiskan dan dianalisis dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Tahap ini juga dapat dikatakan sebagai penyajian fakta secara utuh. Oleh karena itu diperlukan suatu kemahiran tertentu, sehingga dapat tersusun suatu bentuk karya sejarah.



H. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1. Ruang Lingkup Spasial
Batasan wilayah (lingkup spasial) dalam skripsi ini adalah Kecamatan Panti. Penulis mengambil batasan wilayah tersebut karena dampak banjir bandang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Panti.
2. Ruang Lingkup Temporal
Ruang lingkup temporal adalah batasan waktu yang dipilih dalam penelitian. Batasan waktu sangat tergantung pada sifat peristiwa atau fenomena yang diteliti. Peristiwa yang berlangsung singkat dan segera mengendap menjadi peristiwa masa lampau dapat dijadikan lingkup waktu. Proposal ini mengambil periode antara tahun 2006-2009. Alasan pemilihan tahun 2006 sebagai awal periode adalah karena pada awal tahun 2006 terjadinya banjir Bandang tersebut dan pada tahun itu pula pembangunan infrastruktur dimulai. Hal itu berpengaruh pada bidang sosial dan ekonomi masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan infrastruktur tersebut. Dalam hal ini dapat mempengaruhi kehidupan bagi masyarakat setempat. Pemilihan tahun 2009 sebagai akhir pembahasan diambil dengan alasan pada tahun itu mulai terlihat dampak sosial dan ekonomi yang berkembang pada masyarakat sekitar Kecamatan Panti. Dengan semakin berkembangnya infrastruktur maka akan mendorong kemajuan ekonomi di kecamatan tersebut.  Selain itu muncul dampak sosial yang diakibatkan oleh adanya pembangunan infrastruktur tersebut.


I. INSRTUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan datanya menggunakan Wawancara terstruktur dan dokumentasi. Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah tersusun. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama. Daftar pertanyaan untuk responden adalah berkaitan dengan dampak sosial-ekonomi dari adanya pembangunan infrastruktur di Kecamatan Panti. Sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Penggunaan metode dokumen dalam penelitian ini karena alasan sebagai berikut (Guba dan Lincoln, 1981) dalam bukunya Lexy J. Moleong (2004)
1) Merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong.
2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
3) Berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.
4) Tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.
5) Dokumentasi harus dicari dan ditemukan.
6) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki




1.      Pekerjaan Bapak/ibu sebelum banjir sebagai apa ? dan bagaimana keadaan eknomi keluarga bapak sebelum banjir ?
2.      Pekerjaan Bapak/ibu sesudah banjir sebagai apa ? dan bagaimana keadaan eknomi keluarga Bapak pasca banjir ?
3.      Apa yang mempengaruhi perubahan tersebut ?
4.      Apa saja bantuan yang diberikan oleh pemerintah setempat guna memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat pasca banjir Bandang ?
5.      Siapa yang sangat berperan dalam merehabilitasi keadaan di Panti tersebut ?
6.      Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap bantuan tersebut ?
7.      Adakah masyarakat yang menolak rehabilitasi tersebut ?
8.      Bagaimana tanggapan para tokoh masyarakat terhadap kebijakan yang diberikan oleh pemerintah ?
9.      Bagaimana pembangunan infrastruktur pasca banjir bandang tersebut ?
10.  Apa guna dari adanya pembangunan tersebut bagi kemajuan ekonomi masyarakat setempat ?